Sabtu, 12 Oktober 2013

PENDAPA SI PANJI KAB. BANYUMAS

PENDAPA SI PANJI KAB. BANYUMAS

            Masyarakat Banyumas sangat mengenal Si Panji, Pendapa Kabupaten yang sampai saat ini masih kokoh berdiri megah di kota Purwokerto dan menjadi ‘’ Pujer” (pusat) Pemerintahan Kabupaten Banyumas. Hingga ini Pendapa Si Panji masih dikeramatkan, khususnya pada salah satu tiang sebelah barat yaitu soko guru (tengah) selalu diberi sesaji agar semua kegiatan yang belangung di pendapa dapat berjalan lancer tanpa ada gangguan.
            Kisah-kisah misteri sering terdengar dari pendapa yang diboyong dari kota Banyumas ke Purwokrto dengan memutar ke Pantura, tidak melewati (nglangkahi) Sungai Serayu.
Kabupataen Banyumas didirikan pada tahun 1852 ole Kyai Adipati Wargautama II yang juga disebut sebagai Bupati Banyumas I dan dikenal sebagai Kyai Adipati Mrapat. Dalam perjalanan sejarah, Adipati Yudongoro (Bupati Banyumas VII / 1708 – 1743) memindahkan pusat Kabupaten Banyumas  agak ke sebelah timur dengan sekaligus membangun rumah Kabupaten berikut pendapa yang dikenal dengan Pendapa Si Panji.
            Dalam sejarahnya, pendapa yang legendaries ini sering memunculkan keanehan dan cerita mistis, misalnya pada tanggal 21-23 Februari 1861, kota Banyumas dilanda banjir banding (Blabur Banyumas)karena meluapnya Sungai Serayu. Puluhan pengunsi berusaha menyelamatkan diri dengan naik ke atas (atap) Pendapa Si Panji. Setelah air bah surut, ternyata pendapa ini tidak mengalami kerusakan atau perubahan sedikitpun pada keempat tiangnya (saka guru). Posisi pendapa juga tidak bergeser sedikitpun padahal bangunan disekitarnya roboh karena diterjang banjir setinggi lebih dari 3,5 meter.
            Misteri lain, ketika pendapa itu akan dibangun, semua sesepuh dan atokoh masyarakay Banyumas supaya menyumbangkan calon saka guru pendapa maupun bahan bangnan yang lain. Semua tokoh masyarakat telah memenuhi permintaan sang Adipati, kecuali Ki Ageng Somawangi, sehinga ia dipangil untuk menghadap Adipati Yudonegoro II untuk diminai keterangannya. Ki Ageng Somawangi menghadap memenuhi pangilan sang Adipati. Untuk menebus kesalahannya, pada saat itu pula ia langsung menyerahkan saka guru pendapa yang ia ciptakan dari “tatal” dan pontongan-potongan nkayunyang berserakan disekitar komplek pembangunan itu. Hal itu tidak disambut baik oleh sang Adipati, bahkan diangap suatu perbuatan yang “pamer kadigdayan”. Akibatnya ia malah dituduh akan “menjongkeng kawibawan” (mengambl alih kekuasaan) Sang Adipati.
            Atas tuduhan yang kurang adil itu, Ki Ageng Somawangi marah, segera meningalkan Kadipaten tanpa pamit. Sang Adipati sangat tersingung dan menyuruh prajuritnya untuk menangkap Ki Ageng Somawangi yang dianggap “ngungkak krama” (membangkang) itu. Namun karena kesaktiannya, ia dapat lolos dari upaya penangkapan. Konon tongkat saktinya ditancapkan di suatu tempat dan berubah wujud menyerupai Ki Ageng Somawangi. Sontak para prajurit menganiaya Ki Ageng Tiruan. Ki Ageng Somawangi melanjutakan pelarian menyimpang dari jalan raya, menerobos melalui jalan setapak menuju padepokannya yang sekarang dikenal dengan Desa Somawangi Kecamatan Mandiraja Kabpaten Banjarnegara. Desa dimana Ki geng Somawangi menerobos untuk menghindari kejaran Prajurit Banyumas, kenudian diberi nama “Panerusan”. Dengan ddemikian diketahui bahwa ada saaat awal pembangunan Pendopo Si Panji sempat menimbulkan ontranonran tokoh Banyumas itu.

TRAGEDI SABTU PAHING

TRAGEDI SABTU PAHING

            Tragedi Sabtu Pahing ternyata menjadi awal berdirinya Kabupaten Banyumas, bahkan dalam perjalanan sejarah Banyumas sampai saat ini diyakini oleh sebagian warga Banyumas dan sekitarnya bahwa hari itu menjadi hari naas dan menghindari untuk bepergian jauh, mendirikan bangunan rumah, mbarang gawe (sunatan, mantu dan mbesan) juga keperluan besar lainnya seperti penyelenggaraan Pilkades dan sebagainya.
Tragedi yang sangat memilukan ini menimpa Adipati Warggohutomo I, sepulangnya dari Kasultanan Pajang. Tragedi ini menjadi ceremin  betapa seorang pemimpin harus berhati-hati dalam bertindak dan tidak hanya mendengar laporan sepihak.
Seandainya Sultan Pajang, Sultan Hadiwijaya mau melakukan konfirmasi lebih dulu atas penuturan Demang Banyureka perihal status Rara Sukartiyah, putri Adipati Wirasaba yang  dikatakan sudah bersuami dan tidak “suci” lagi, tentunya tidak akan terjadi peristiwa tragis seperti itu. Penuturan sepihak itulah yang akhirnya membawa petaka bagi Adipati Wirasaba. Sampai saat ini kejadian tersebut dikenal dengan “Tragedi Sabtu Pahing”. Bagi Orang Banyumas, peristiwa tragis tersebut sangat di perhatikan agar jangan sapai menimpa anak cucu dan generasi mendatang. Sebagian masyarakat juga bertindak arif untuk tidak terlalu terpaku dengan hari Sabtu Pahing sebagai hari naas, sejalan dengan penghayatan agama dan pandangan bahwa “semua hari itu baik”. Inilah kisah tragis yang menimpa Adipati Wirasaba sepulang dari Kesultanan Pajang.
Adipati Wargautama beserta para pengiringnya dalam perjalanan pulang dari Kasultanan Pajang menempuh jalan pintas yang tidak bisa dilewati umum. Itulah makanya sulit sebenarnya para Tumenggung melacak perjalanannya. Lagi pula pada kesempatan yang baik ini, sang Adipati memerlukan singgah ke beberapa Demang  dan Lurah dari Kadipaten yang dilewatinya.
Disini Adipati banyak memperoleh pengalaman baru tentang  pemerintahan pedesaan yang adapat diterapkan di Kabupatennya. Para Demang dan Lurah yang disinggahinya merasa sangat senang dan bangga. Banyak diantaranya yang menyampaikan tanda penghormatan berupa cindeta mata hasil kerajinan setempat.
Sementara itu, perjalanan pulang KI Adipati telah menginjak hari ke tujuh, hari Sabtu Pahing, sampai di desa Bener Distrik Ambal Kabupaten Kebumen. Menjelang shalat dhuhur Ki Adipati beserta para Pengiringnya singgah dan beristirahat di rumah salah seorang sahabatnya yang rumahnya terdiri atas rumah induk dan balai yang tidak se arah dengan rumah induk yang biasa disebut dengan “Balai Malang” (Balebapang).
Kedatangan Ki Adipati diterima seisi rumah dengan sangat senang hati. Jamuan makan siang segera dihidangkan, salah satu lauknya yaitu “Pindang Banyak” (Daging angsa yang dimasak dengan buah pucung atau kluwak). Selagi Ki Adipati beserta para pengiringnya menikmati jamuan makan siang, tiba-tiba datanglah Tumengung utusan Kanjeng Sultan (Tumenggung pertama) yang mengemban tugas untuk membunuh Ki Adipati.
Melihat Ki Adipati sedang menikmati hidangan, Tumenggung pertama tidak sampai hati untuk membunuhnya. Kuda Dawukbang (merah campur putih) kesayangan Ki Adipati yang ditambatkan dibawah pohon sawo di sisi rumah merontaronta, seolah-olah mengetahui ada firasat buruk yang akan menimpa Ki Adipati.
Firasat buru juga telah dirasakan juga oleh Ki Adipati, karena ada hal-hal aneh yang menyelimuti sekelilingnya, lebih-lebih ada seorang Tumenggung yang menuju tempat ia beristirahat. Tumenggung pertama sabar menungu sampai Ki Adipati selesai makan. Sementara itu dari kejauhan tampak olehnya seorang kawan Tumengung (Tumenggung kedua) memacu kudanya dengan cepat menuju ke arahnya sambil melambai-lambaikan tangannya seraya berseru :”Jangan bunuh……”
Maka demi tugas Kanjeng Sultan, Ki Adipati Wargoutomo I yang sedang menikmati hidangan pindang banyak itu ditikam dengan keris Pusaka Kerato Pajang. Semuan yang ada di pendopo itu geger dan gugup. Ki Adipati yang naas itu terjatuh dengan darah segar mengalir dari dadanya. Para pengiring dan pengawal tidak bisa berbuat banyak. Jeritan dan isak tangis menggema di Balemalang itu. Mereka sadar bahwa Tumenggung pembunuh itu membawa amanat Kanjeng Sultan. Melawan Tumenggung berarti melawan Sang Prabu junjungannya.
Sementara Ki Adipati Menahan sakit, para pengiring dan se isi rumah berusaha menyelamatkannya, tibalah Tumenggung kedua. Menyaksikan peristiwa berdarah yang memilukan itu hampir saja Tumenggung kedua jatuh pingsan. Ia sangat berdosa karena gagal melaksanakan tugas, walaupun ia tidak bersalah. Bukankah Tumengung kedua telah memberi isyarat dan berteriak supaya Ki Adipati Wargohutomo I dibunuh ? Mengapa ia tidak memperhatikan isyarat itu ? Atau mengapa ia menyalah artikan isyarat itu ?
            Kedua Tumenggung saling berpelukan menangis, terharu dana sedih. Kepada para pengiring dan segenap keluarga tuan rumah Kedua Tumenggung iru menjelaskan duduk persoalan peristiwa yang menyedihkan itu. Ki Adipati sebenarnya tidak bersalah.Pembunuhan itu menjadi tanggung jawab Kanjeng sultan Hadiwijaya sendiri.  
Sebelum menghembuskan nafas terakhir, dengan serak dan tersendat-sendat sempat meninggalkan pesan terakhir kepada  keluarga (keturunan) yang ditinggalkan. “Aku…aku…tidak tahu apa dosaku kepada Kanjeng Sultan….anak cucuku jangan sampai mengalami naas seperti aku…ingat-ingat..,jangan sampai ada diantara anak cucuku yang bepergian pada hari Sabtu Pahing, apalagi naik kuda Dawuk Bang. Juga jangan makan pindang banyak (angsa) serta jangan membangun atau bertempat tinggal di rumah “Bale Malang.
Sama sekarang, pesan ini oleh orang-orag yang bersasal dari Banyumas sekalipun bukan trah Ki Adipati Wargohutomo I, terutama oleh angkatan tua, pesan ini masih sangat dipatuhi. Kalau tidak merasa terpaksa sekali, mereka tidak akan bepergian pada hari Sabtu Pahing.
Menjelang dini hari tibalah rombongan usungan jenazah di suatu pegunungan yang sebagian besar masih berupa hutan. Mereka beristirahat sambil menyalakan api unggun sekedar untuk mengurangi rasa dingin dan untuk menerangi lingkungan sekitarnya. Menjelang subuh mereka bersiap-siap melanjutkan perjalanan yang penuh duka itu. Sebagai kenang-kenangan , tempat dimana mereka beristirahat ini diberi nama “Lawang Awu”(perbatasan antara Kabupaten Banjarnegara dengan Kebumen).
Lepas Dhuhur rombongan sudah sampai di Wirasaba yang disambut dengan isak tangis para putra, para sentana, dan para kerabat dekat almarhum. Rakyat Wirasaba menyambut dengn duka nestapa. Untuk beberapa jam jenazah disemayamkan di Pendopo Agung Kabupaten untuk memberi kesempatan para kerabat dan rakyatnya menyampaikan menyampaikan ucapan bela sungkawa kepada keluarga dan penghormatan terakhir kepada almarhum.
Berdasarkan keputusan musyawarah keluarga serta para pejabat Kabupaten, almarhumah dimakamkan di Dukuh Pekiringan, Desa Klampok Kabupaten Banjarnegara, disebelah selatan sungai Serayu. Di tembok (sebelah timur)  makam Ki Adipati, tertulis riwayat singkat wafatnya Ki Adipati dalam bahasa jawa sebagai berikut :”Ki Adipati Wargohutomo I Ing Wirasabane kaleres dinten Setu Pahing dipun sedani utusanipun Sultan Pajang (1548 – 1586), pinuju lenggah wonten Bale Malang ing Dsun Bener, Distrik Ambal (Kebumen) jalaran kadakwa kalepatan. Pandakwa wau saking seling serap.Ki Adpati kagantos putra mantu Joko Kaiman ngagem asma Wargohutomo II ketelah Ki Adipati Mrapat (Sumareh ng Dawuhan)”.
Maknanya dalam bahasa Indonesia :”KI Aipati Wargohutomo I, pada hari Sabtu Pahing dibunuh oleh utusan Stan Pajang (Sulatan Hadiwijaya) yang memerintah antara tahun 1548 -1586, ketika seang berada di Balemalang di desa Bener Kawedanan Ambal Kabupaten Kebumen, karena dituduh telah berbuat salah. Tuduhan itu karena salah paham. Ki Adupati diganti oleh putr menantunya Djoko Kaiman yang juga bernama Wargohutomo II, yang terkenal dengan sebutan Ki Adipati Mrapat (dimakamkan di Dawuhan).
Makam Ki Wargohutomo I kini telah dipugar oleh Pemda Kabupaten Banjarnegara dan para pencintanya, disekitarnya telah dajadikan pekuburan umum yang dikeramatkan banyak orang. Pada setiap malam Selasa dan Jumat Kliwon banyak pengunjung yang bersemedi (nyepi) di dalam makam dengan berbagai ragam permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Makam Ki Adipati Wargohutomo I di tatah Wirsaba, tetapi secara administratif Klampok, Kabupaten Banjarnegara, tapatnya di desa Pekiringan. Makam yang dikeramatkan ini juga banyak dikunjungi oleh pezairah yang ingin mendapakan berkan dan tujuan lain pada hari tertentu. Keramaian makam ini dapat dilihat dari mengunungnya kemenyan yang tekah dibakar.
Itulah cerita yang menjadi awal berdirinya Kabupaten Banyumas, semoga dapat bermanfat bagi para pembacanya, serta dijadikan pelajaran/hikmah dari peristiwa tersebut.

BABAD PASIR LUHUR

“BABAD PASIR LUHUR”

            Kisah ini menceritakan tentang perjuangan Raden Banyak Catra, putra Prabu Siliwangi Raja Pajajaran. Dikisahkan saat itu Raden Banyak Catra  dipersiapkan untuk menggantikan kedudukan ayahnya menjadi raja. Namun syarat untuk menjadi raja, Raden Banyak Catra harus memiliki istri terlebih dahulu. Akhirnya Raden Banyak catra pergi mengembara untuk mencari pendamping hidup.
Raden Banyak Catra menyamar sebagai rakyat jelata dan berganti nama menjadi Kamandaka. Kamandaka pergi ke Pasir Luhur, sebuah Kadipaten yang dipimpin oleh Adipati Kandhadhaha. Kedatanannya ke Pasirluhur adalah untuk menemui Dewi Ciptarasa, putri bungsu sang Adipati. Singkat cerita kemudian Kamandaka di angkat sebagai anak oleh Reksanata, Patih Pasir Luhur.
Hasrat Raden Kamandaka untuk melihat wajah Putri Dewi Ciptarasa dapat terkabul ketika Adipati Kandhadhaha mengadakan hiburan dengan mengadakan penangkapan ikan di sungai secara beramai-ramai.
Pertemuan Raden Kamandaka dengan Dewi Ciptarasa berlanjut dengan jalinan cinta. Suatui ketika Raden Kamandaka mengunjungi Dewi Ciptarasa di Kadipaten Pasirluhur. Namun pertemuan itu dipergoki oleh kakak Ciptarasa. Bagi sang Adipati Kandhadhaha, perbuatan Kamandaka telah mencoreng mukanya karena sebagai seorang rakyat jelata bercengkrama dengan Putri Dewi Ciptarasa. Kemudian Patih dipanggil oleh Adipati Kandhadhaha dan perintahkan untuk membunuh Kamandaka. Sebagai seorang ayah, Patih Reksananta bingung untuk melaksanakan tugas ini.
Raden Kamandaka dikekar-kejar oleh Prajurit Kadipaten, kemudian Raden Kamandaka terjun ke sungai dan bersembunyi dalam gua di sungai itu. Para Prajurit Kadipaten melempari batu ke tempat Raden Kamandaka menceburkan diri. Setela beberapa waktu tidak muncul, mereka mengira Raden Kamandaka telah tewas tenggelam di sungai itu. Apalagi mereka melihat usus  terapung di sungai, mereka mengira usus ayam yang terapung itu adalah ususnya Raden Kamandaka.
Para prajurit kemudian pulang untuk melaporkan kejadian itu kepada Sang Adipati. Sampai sekarang lubuk tempat Raden Kamandaka terjun dikenal dengan anama “Kedhung Petaunan” di sungai logawa, 3 Km sebelah Batrat Kota Purwokerto.
1.  Terhindar dari bahaya.

Raden Kamandaka bersembunyi di sebuah kedung terus menyusup ke gua dan akhirnya sampai di tempuran sungai logawa. Tempat tersebut sampai sekarang disebut “Surup lawang” yaitu pertemuan antara sungai Logawa dengan Sungai Serayu di sebelah selatan Purwokerto.
Dengan menyusuri sungai Logawa, samapailah Raden Kamandaka ke kadipaten Pasirluhur. Selanjutnya ia menumpang dirumas seorang janda yang tidak mempunyai anak yaitu Nyi Kartisara, yang pekerjaannya menjual daun pisang.
Raden Kamandaka memakai nama samaran “si Sulap”. Kegemarannya memelihara ayam jantan untuk di adu. Kemudian tempat tingal Si Sulap terkenal dengan nama “Kurung Ayam”. Ayam jago Si Sulap yang terbaik dinamakan “Mercu”. Sulap mendapatkan seorang kawan bernama Ki Reksajaya, berasal dari Losari, orang yang cacad jasmaninya. Tempat yang terkenal untuk menyabung ayam pada waktu itu adalah Pangebatan.     
            Semetara itu Prabu Siliwangi di Pajajaran merasa gerlisah demi menunggu Raden Kamandaka tidak kunjung pulang. Kemudian beliau memerintahklan putranya Raden Gagak Ngampar, adik Kamandaka, yang sedang bertapa untuk mecari kakaknya Raden Kamandaka.
            Akhirnya Raden Banyak Ngampar pergi meninggalkan Pajajaran dengan memakai nama samaran Raden Silihwarni. Beliau sampai ke daerah Pasirluhur dan langsung menuju Kadipaten Pasirluhur untuk mengabdikan diri. Permohonan itu dikabulkan oleh Sang Adipati dan diangkat menjadi prajurit.
Selang beberapa waktu terdengar kabar bahwa Kamandaka masih hidup dan berada di suatu desa sebagai penyabung ayam. Adipati Kandadaha menjadi murka, akhirnya membuat sayembara untuk membunuh Kamandaka.
             Raden Silihwarni menyatakan sanggup melaksanakan sayembara tersebut.  Raden Silihwarni sama sekali tidak tahu bahwa Kamandaka adalah Raden Banyak Catra, kakak kandungnya sendiri.
            Raden Silihwarni datang ketempat sabung ayam dengan membawa ayam jago yang dikakinya sudah dipasangi Patrem (Keris kecil) pada taji jagonya. Pada saat berhadapan dengan Raden Kamandaka, Raden Silihwarni melemparkan jagonya ke arah Raden Kamandaka. Lambung kiri Kamandaka luka tersabet keris patrem yang berada di kaki jago. Raden Kamandaka marah sekali dan ayam jago yang melukai tadi langsung ditangkap dan dibanting hinga mati.
            Pertengkaran terjadi dan Raden Silihwarni terkena tusukan keris di kkan lambung  hingga pingsan. Pengikut Raden Silihwarni yang bernama Ki Nitipraga tertusuk keris Raden Kamandaka sampai tewas. Kemudian Raden Kamandaka meninggalakan tempat sabung ayam itu dengan diikluti Ki Reksajaya.
            Setelah peristiwa sabung ayam itu Raden Kamandaka dikejar-kejar oleh prajurit Pasirluhur dibawah pimpinan Raden Silihwarni. Raden Kamandaka dapat terkejar oleh Raden Silihwarni dan terjadilah perkelahian sengit antara kedua bersaudara yang masing-masing sudah tidak mengenal lagi. Tempat perkelahian tersebut dinamakan “Pejogol”. Pengejaran terus dilakukan bahkan dibantu oleh prajurit menantu Adipati Mersi. Raden Kamandaka lari ke arah timur menuju kota Purwokerto. Samapai di suatu tempat, Raden Kamandaka jatuh dan terluka. Tempat dimana dia jatuh akhirna dinamakan sungai “Bodas”.
            Perjalanan terus dilakukan. Ketika samapai di sebuah sungai Raden Kamandaka membasuh lukanya, darah keluar dengan derasnya sehingga tempai itu dinamakan sungai “Bancaran” yang kemudian menjadi “Banjaran”. Untuk melihat datangnya musuh, Raden Kamandaka naik ke lereng sungai Banajaran. Tempat ini kemudian dinamakan “Sawangan” (Nyawang ; bahasa Jawa).
            Raden Kamandaka melanjutkan perjalanan ke arah utara, kemudian be istirahat di suatu tempat, yang kemudian dinamakan “Kober” (Semapat : bahasa Jawa). Letak desa tersebut di dekat Stasiun Purwokerto. Kemudian melanjutkan perjalanan menembus hutan belukar hingga sulit diikuti oleh prajurit Pasirluhur. Desa tempat menerobos hutan belukar kemudian dinamakan “Bobosan” (nerobos/menyusup). Dengan kekuatan batin Raden Kamandaka mengetahui bahwa muhnya menggunakan anjing sebagai pelacak, sehingga dia juga melepas anjing untuk menangkap anjing pelacak. Anjing musuh dapat ditangkap dan dikurung di suatu daerah yang  dinamakan “Kurung anjing”, kemudian menjadi Karanganjing. Letaknya disebelah timur Bobosan, sekarang termasuk dalam Kelurahan Purwonerogo.
            Para prajurit berjaga-jaga menantikan suara anjingnya menyalak, namun sampai pagi hari tidak terdengar suara anjing menyalak. Kemudian mereka mengetahui bahwa Raden Kamandaka telah menyeberangi sungi Banjaran menuju barat. Mereka mengejar Raden Kamandaka sampai disuatu daerah , karena kemarahannya seperi banteng ketaton, maka daerah itu dinamakan desa “Kedungbanteng”.
            Di desa Kedunbanteng terdapat batu sebesar rumah yang dikenal dengan nama “Watu sinom”. Raden Kamandaka naik ke atas batu tersebut sambil menantang Raden Silihwarni yang tidak lain adalah Raden Gagak Ngampar, adik kandung Raden Kamandaka sendiri.
            Raden Kamandaka  terkejut begitu melihat Raden Silihwarni  mengeluarkan keris Kyai Mojang Pamungkas yang merupakan pusaka Kerajaan Pajajaran. Saat itu terbongkar bahwa ternyata Raden Silihwarni adalah adik kandung Kamandaka.
            Raden Silihwarni kemudian menceritakan maksud kedatangan ke Pasirluhur adalah atas perintah Ayahanda untuk mencarikan kakaknya yang akan dinobatkan menggantikan Ayahanda bertahta di Pajajaran.
            Kemudian dibuat sekenario, Ki Reksajaya diperintahkan pergi ke Karanganjing untuk membunuh seekor anjing yang dikurung disana guna diambil hati dan darahnya untuk diserahkan ke Adipati Mersi sebagai bukti kematian Kamandaka. Kemudian Raden Kamandaka  dan adiknya pulang ke Pajajaran.
            Berita tewasnya Raden Kamandaka  telah tersiar ke seluruh Kadipaten Pasirluhur. Adipati Pasirluhur merasa puas dan gembira setelah mendengar berita kematian Kamandaka yang disampaikan oleh Adipati Mersi. Namun sebaliknya, Puri Ciptarasa sangat bersedih skaligus ragu mendengar berita itu, karena sudah kedua kalinya Kamandaka diberitakan meninggal dunia.

1.  Tahta Kerajaan
            Tidak lama kemudan Raden Kamandaka alias Banyak Catra dan Raden Silihwarni alisa Gagak Lampar telah sampai di Istana Pajajaran, diikuti oleh Ki Reksajaya. Menjelang peresmian pergantian tahta Kerajaan Pajajaran yang akan diberikan kepada Banyak Blabur (anak istri ke dua), yang menuntut janji Prabu Siliwangi kepada istri keduanya bahwa kelak putranya yang laki akan diberi kedudukan sebagai Putra Makhota.
            Karena harus memilih salah seorang antara Banyak Catra dengan Banyak Blabur, maka Prabu Siliwangi membuat sayembara. Siapa yang dapat menemukan 40 orang putri kembar, maka dialah yang berhak naik tahta. Untuk mencari syarat tersebut, Banyak Blabur pergi kea rah barat ke aerah Banten, sementara Banyak Catra pergi ke arah timur yaitu ke Pasirluhur.
            Banyak Catra diringi oleh 2 orang abdinya yaitu Ki Gede Kolot dan Ki Klantung. Setelah sampai di kaki Gunung Slamet kemudian mendirikan sebuah padepokan yang diberi nama Batur Agung.
            Menurut wahyu yang diterima, Banyak Catra dianjurkan supaya bertapa di sebelah timur Pasiruhur, yaitu di dekat tempuran sungai Logawa dan Sungai Mengaji. Karena ketekunannya bertapa, Banyak cara memperoleh anugerah dari Dewa berua baju ajaib. Jika baju Tersebut dipakai, maka ia akan berubah menjadi seekor Lutung (kera).
            Suatu ketika Raden Kamandaka menemui Dewi Ciptarasa dengan memakai pakaian Lutung. Akhirnya Dewi Ciptarasa tahu bahwa    lutung tersebut adalah si Kamandaka. Lutung itu kemudian dipelihara oleh Dewi Ciptarasa sebagai hewan kesayangan yang sewaktu-waktu bisa berubah wujud menjadi Raden Kamandaka.
            Sementara itu Raden Pulebahas dari dari Nusakambangan berniat  melamar Dewi Ciptarasa. Dewi Ciptarasa bingung menerima lamaran itu. Kamandaka menyarankan agar Dewi Ciptarasa menerima lamaran dari Prabu Pulebahas tersebut dengan dua syarat. Syarat pertama, pada saat pernikahan, Prabu Pulebahas tidak boleh membawa senjata maupun prajurit. Syarat kedua, lutung yang mengiringi Dewi Ciptarasa tidak boleh diganggu. 
Syaratnya diterima Prabu Pulebahas dan pernikahan pun dilaksanakan pada waktu yang telah ditentukan. Saat kirab pengantin atau pertemuan pengantin, Lutung mendampingi Dewi Ciptarasa.
            Saat Prabu Pulebahas berbasa basi akan menggendong si Lutung, Lutung tersebut menerkam prabu Pulebahas sehingga terjadi perkelahian yang sengit. Akhirnya prabu Pulebahas tewas.
            Adipati Kandhadhaha gusar karena Si Lutung sudah mengganggu perhelatan di Kadipaten Pasirluhur. Namun pada saat itu sang  Lutung berubah wujud menjadi Pangeran Banyak Catra. Maka kagetlah sang adipati Kandhadhaha karena sang Lutung ternyata putra dari Prabu Silihwangi.
            Akhirnya hubungan Dewi Ciptarasa dengan pangeran Banyak Catra direstui oleh Adipati Kandhadhaha hingga keduanya menikah dan hidup berbahagia.

Kali Pelus


Kali Pelus








Minggu, 01 September 2013

Sekilas Sejarah Film Indonesia


Awal Sinema Indonesia (1926-1949)

Pada masa penjajahan Belanda sekitar tahun 1900-an masyarakat kita sudah mengenal adanya film atau yang lebih dikenal dengan “Gambar Hidoep”. Hal ini dibuktikan dengan adanya koran Bintang Betawi No.278, 5 Desember 1900 yang memuat iklan bioskop. Seni pertunjukkan film pada masa itu diselenggarakan oleh orang Belanda. Jenis bioskop terbagi menjadi tiga golongan berdasarkan status penonton, yaitu bioskop untuk orang Eropa, bioskop orang menengah, dan golongan orang pinggiran. Pada tahun 1925 sebuah artikel di koran masa itu, De Locomotif, memberi usulan untuk membuat film. Pada tahun 1926 dua orang Belanda bernama L. Heuveldorp dan G.Kruger mendirikan perusahaan film, Java Film Coy di Bandung dan pada tahun yang sama mereka memproduksi film pertamanya berjudul Loetoeng Kasarung (1926), yang diangkat dari legenda Sunda. Film ini tercatat sebagai film pertama yang diproduksi di Indonesia dan ini dianggap sebagai sejarah awal perfilman Indonesia. Film ini diputar perdana pada 31 Desember 1926. Film berikutnya yang diproduksi adalahEulis Atjih (1927) berkisah tentang istri yang disia-siakan oleh suaminya yang suka foya-foya.

Dalam perkembangan berikutnya banyak bermunculan studio film yang dinominasi oleh orang-orang Cina. Pada tahun 1928 Wong Brothers dari Cina (Nelson Wong, Joshua Wong, dan Othniel Wong) mendirikan perusahaan film bernama Halimun Film dan memproduksi film pertamanyaLily Van Java (1928). Film ini berkisah tentang seorang gadis Cina yang dipaksa untuk menikah dengan laki-laki pilihan orangtuanya, padahal ia telah memiliki kekasih. Film ini sendiri kurang disukai oleh penonton pada masa itu. Wong Brothers akhirnya mendirikan perusahaan film baru bernama Batavia Film. Selain Wong Brothers, ada pula Tan’s Film, Nansing Film dan perusahaan milik Tan Boen Swan. Nansing Film dan perusahaan Tan Boen Swan memproduksi Resia Borobudur (1928) dan Setangan Berloemoer Darah (1928).

Setelah L.Heuveldorp menarik diri, G.Kruger mendirikan perusahaan film sendiri bernama Kruger Filmbedriff, yang memproduksi,Karnadi Anemer Bangkong (1930) dan Atma De Visher (1931). Selain itu orang Belanda lainnya yaitu F.Carli yang mendirikan perusahaan film bernama Cosmos Film Corp atau Kinowerk Carli yang memproduksi De Stem des Bloed (Nyai Siti, 1930) yang berkisah mengenai orang Indo, lalu juga Karina’s Zelfopoffering (1932). Sedangkan Tan’s Film dan Batavia Filmpada tahun 1930 memproduksi Nyai Dasima (1930), Si Tjonat (1930), Sedangkan Halimun film memproduksi Lari Ke Arab (1930).

Masuk era film bicara, tercatat dua film tercatat sebagai film bicara Indonesia pertama adalah Nyai Dasima (1931) yang di-remake oleh Tan’s Film serta Zuster Theresia (1931) produksi Halimun Film. Masa ini juga muncul The Teng Chun yang mendirikan perusahaan The Teng Chun ”Cino Motion Pict” dan memproduksi Boenga Roos dari Tjikembang (1931) danSam Pek Eng Tai (1931). Sasarannya adalah orang-orang Cina dan kisahnya pun masih berbau budaya Cina. Sementara Wong Brothers juga memproduksi Tjo Speelt Voor de Film (1931). Sedangkan Kruger dan Tans’s berkolaborasi memproduksi Terpaksa Menikah (1932). Di penghujung tahun 1932 beredar rumor kuat akan didirikan perusahaan film asal Amerika. Semua produser menjadi takut karena tak akan bisa menyaingi dan akhirnya Carli, Kruger dan Tan’s Film berhenti untuk memproduksi film. Studio yang masih bertahan adalah Cino Motion Picture.

Beberapa tahun setelahnya muncul seorang wartawan Albert Balink yang mendirikan perusahaan Java Pasific Film dan bersama Wong Brothers memproduksi Pareh (1935). Film ini dipuji pengamat namun tidak sukses komersil. Balink dan Wong akhirnya sama-sama bangkrut. Pada tahun 1937, Balink mendirikan studio film modern di daerah Polonia Batavia yang bernama ANIF (Algemeene Nederland Indie Film Syndicaat) dan memproduksi Terang Boelan/Het Eilan der Droomen (1937). Film ini berkisah tentang lika-liku dua orang kekasih di sebuah tempat bernama Sawoba. Sawoba adalah sebuah tempat khayalan yang merupakan singkatan dari SA(eroen), Wo(ng), BA(link) yang tak lain adalah nama-nama penulis naskah, penata kamera, editor, dan sutradaranya sendiri. Walau meniru gaya film Hollywood The Jungle Princess (1936) yang diperankan Dorothy Lamoure namun film ini memasukkan unsur lokal seperti musik keroncong serta lelucon yang diadaptasi dari seni panggung. Film ini sukses secara komersil dan distribusinya bahkan sampai ke Singapura. Pemeran utama wanitanya, Rockiah setelah bermain di film ini menjadi bintang film paling terkenal pada masa itu. Kala ini Terang Boelan(1937) adalah film yang amat populer sehingga banyak perusahaan yang menggunakan resep cerita yang sama.

Pada tahun 1939 banyak bermunculan studio-studio baru seperti, Oriental Film, Mayestic Film, Populer Film, Union Film, dan Standard Film. Film-film populer yang muncul antara lain Alang-alang (1939) dan Rentjong Atjeh(1940). Pada masa ini pula kaum pribumi mulai diberi kesempatan untuk menjadi sutradara yang perannya hanya sebagai pelatih akting dan dialog. Justru yang paling berkuasa pada masa itu adalah penata kamera yang didominasi orang Cina. Pada era ini pula muncul kritik dari kalangan intelek untuk membuat film yang lebih berkualitas yang dijawab melalui film,Djantoeng Hati (1941) dan Asmara Moerni (1941). Para pemain dari kedua film ini didominasi kaum terpelajar namun karena dirasa terlalu berat, para produsen film akhirnya kembali ke tren awal melalui film-film ringan sepertiSerigala Item (1941), Tengkorak Hidup (1941).

 Pada akhir tahun 1941, Jepang menguasai Indonesia. Semua studio film ditutup dan dijadikan media propaganda perang oleh Jepang. Jepang mendirikan studio film yang bernama Nippon Eiga Sha. Studio ini banyak memproduksi film dokumenter untuk propaganda perang. Sementara film cerita yang diproduksi antara lain Berdjoang (1943) yang disutradarai oleh seorang pribumi, Rd. Arifin namun didampingi oleh sutradara Jepang, Bunjin Kurata. Pasca kemerdekaan RI pada tahun 1945, studio film milik Jepang yang sudah menjadi kementerian RI direbut oleh Belanda dan berganti nama Multi Film. Film-film yang diproduksi antara lain Djauh Dimata (1948) dan Gadis Desa (1948) yang diarahkan oleh Andjar Asmara. Di era ini pula muncul nama Usmar Ismail yang kelak akan menjadi pelopor gerakan film nasional. Pada tahun ini pula, 1949, para produser Cina lama mulai berani mendirikan studio lagi. The Theng Chun dan Fred Young mendirikan Bintang Surabaja. Tan Koen Youw bersama Wong mendirikan Tan & Wong Bros. Salah satu film produksi Tan & Wong Bros yang populer adalah Air Mata Mengalir Di Tjitarum (1948).

Era 1950-1980an

Pada tahun 1950 dibentuklah Perfini (Perusahaan Film Nasional). Perfini merupakan perusahaan film pertama milik pribumi. Beberapa bulan kemudian dibentuk pula Persani (Perseroan Artis Indonesia).  Film pertama produksi Perfini adalah Long March Of Siliwangi atau Darah dan Doa (1950) yang disutradarai oleh Usmar Ismail. Syuting pertama film film ini tanggal 30 Maret 1950, kelak ini dijadikan sebagai hari film nasional. Sementara produksi besar lainnya adalah ”Dosa Tak Berampun” (1951). Dalam dua tahun saja, Persani telah memiliki studio yang mewah dan megah. Studio ini merupakan studio film terbesar di Indonesia kala itu. Usmar Ismail dan Djamaludin Malik nantinya akan ditetapkan sebagai Bapak Perfilman Nasional (resmi pada tahun 1999).

Antara tahun 1954-1955 Perfini mengalami krisis finansial. Film arahan sutradara Usmar Ismail, Krisis (1953) walau sukses komersil namun tetap saja tak mampu menutup hutang bank. Pada masa ini pula muncul kritik terhadap film-film produksi studio milik orang Cina yang memproduksi film bermutu sangat rendah. Salah satunya adalah film Tans & Wong berjudul Topeng Besi (1953) yang diproduksi dengan biaya sangat murah. Namun di sisi lain, film-film dalam negeri juga bisa mulai bersaing dengan film-film impor dari Malaysia, Filipina, dan India.

Pada Tahun 1954, Usmar dan Djamaludin mempelopori berdirinya PPFI (Persatuan Perusahaan Film Nasional), lalu juga menjadi anggota FPA (Federatuion Of Motion Picture Produsers in Asia). Persani dan Perfini bersama-sama memproduksi film Lewat Djam Malam (1954) disutradarai oleh Usmar Ismail. Film ini bercerita tentang mantan pejuang kemerdekaan yang menghadapi kekecewaan terhadap orang-orang seperjuangannya yang berubah menjadi seseorang yang tidak mewujudkan cita-cita kemerdekaan yang telah mereka perjuangkan dengan susah payah. Konon film ini akan dikirim ke Festival Film Asia di Tokyo namun pemerintah Indonesia melarang karena masa itu kita tengah konflik dengan pemerintah Jepang.
 Pada tahun 1955 PPFI untuk pertama kalinya menyelenggarakan Festival Film Indonesia (FFI) tercatat merupakan festival film pertama yang diselenggarakan di tanah air. Terpilih film terbaik adalah Lewat Djam Malam(1954). Namun sayangnya Usmar Ismail tidak mendapat penghargaan apa pun dalam ajang ini. Film ini rencananya akan diputar di festival film Cannes pada 16-27 Mei 2012 setelah direstorasi penuh. Pada tahun 1955 film produksi Perfini Tamu Agung (1955) mendapat penghargaan  khusus komedi terbaik pada ajang bergengsi Festival Film Asia.

Sejarah juga mencatat awal bulan Maret tahun 1956 para pemain dan pekerja film membentuk PARFI (Persatuan Artis Film Nasional). Pada tahun 1957, PPFI memutuskan untuk menutup studio film mereka karena tak ada dukungan dari pemerintah kala itu. Djamaludin Malik ditangkap tanpa alasan yang jelas. Studio Perfini disita bank karena tidak mampu membayar hutang. Setelah diadakan perundingan dengan pemerintah pada tanggal 26 April 1957 akhirnya studio dibuka kembali. Namun kondisinya tidak seperti dulu dan kondisi perfilman nasional menjadi lumpuh. Hasil negoisasi dengan pemerintah berupa janji pemerintah akan adanya kementerian khusus untuk membina para insan film baru dipenuhi pemerintah 7 tahun setelahnya.

 Pada masa bersamaan sekitar tahun 1957 kondisi politik di Indonesia didominasi golongan komunis PKI atau sering disebut golongan kiri. Golongan kiri juga ingin menguasai dunia perfilman kala itu. Mereka mendirikan Sarfubis (Sarikat Buruh Film dan Sandiwara) namun kelompok ini tidak efektif di pasaran. Kala itu juga terjadi pertikaian antara PARFI dan golongan kiri. Usmar Ismail  dan Djamaludin Malik sangat antipati dengan komunis. Sementara golongan kiri mengganggap kematian film nasional disebabkan impor film Amerika ke Indonesia. Golongan kiri juga menuduh Usmar Ismail sebagai agen Amerika. Walaupun kondisi perfilman Nasional semakin krisis, beberapa film masih diproduksi. Usmar Ismail pada tahun 1956 mengarahkan Tiga Dara (1957) yang dirilis setahun setelahnya.

Pada tahun 1960-an dunia perfilman di Indonesia pecah menjadi dua blok, yakni golongan Usmar dan rekan-rekannya dengan golongan kiri. Pada tahun 1962, Djamaludin Malik yang telah bebas dari penjara, menyelenggarakan FFI yang kedua serta mendirikan LESBUMI (Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia) dengan Ketua Umum Usmar Ismail. Film-film populer yang muncul di masa pelik ini antara lain Pedjoang (1960) danAnak-anak Revolusi (1964) karya Usmar Ismail. Pada tahun 1961,Pedjoang mendapat penghargaan pemeran pria terbaik (Bambang Hermantpo) di ajang Festival Film International di Moskow. Film fenomenal lainnya adalah Pagar Kawat Berduri (1961) dan Tauhid (1964) karya Asrul Sani. Golongan kiri menuntut agar film Pagar Kawat Berduri (1961) ditarik dari peredaran, karena dianggap dapat membuat orang bersimpati pada Belanda. Lalu juga ada Piso Surit (1960) dan Violtta (1962) karya Bahctiar Siagian, serta Matjan Kemayoran (1965) karya Wim Umboh.

Pada tahun 1964 untuk pertama kalinya diadakan Festival Film Asia Afrika (FFAA) di Jakarta. Golongan kiri yang menguasai seluruh kepanitiaan FFAA mencetuskan berdirinya PAPFIAS (Panitia Aksi Pemboikotan Film Imperialis Amerika). Tujuan PARFIAS adalah melarang beredarnya film-film produksi Amerika dan sekutunya di bioskop-bioskop Indonesia. Kondisi ini membuat bioskop-bioskop lokal dipenuhi film-film asing dari Rusia, Eropa Timur, dan RRC. PARFIAS sendiri juga tak mampu menggangkat perfilman Indonesia, sehingga kondisi bioskop kala itu sepi pengunjung.

Setelah PKI ditumpas,kondisi industry film kita sedang mati suri maka untuk mengangkat perfilman nasional, sejak tahun 1967, kementerian penerangan mulai bersungguh-sungguh melaksanakan tugasnya. Hasilnya, film-film lokal bergairah kembali. Tahun 1967, Wim Umboh memproduksi film berwarna Indonesia pertama yang berjudul Sembilan (1967) yang diproduksi dengan biaya sangat tinggi. Tahun 1969 pemerintah juga memproduksi film-film percontohan yang diharapkan dapat mengangkat perfilman nasional, seperti Apa Jang kau Tjari Palupi?(1969) karya Asrul Sani, Djambang Mentjari Naga Hitam (1968) karya Lilik Sudjio, Mat Dower(1969) karya Nya Abbas Acup, Nyi Ronggeng (1969) dan Kutukan Dewata(1969) karya Alam Surawidjaya. Hasilnya ternyata cukup positif, pada tahun 1969 produksi film hanya 9 judul, tahun 1970 meningkat menjadi 20 judul, dan tahun 1971 meningkat menjadi 52 judul. Awal tahun 70-an, tokoh-tokoh film nasional seperti Usmar Ismail dan Djamaludin Malik telah tiada. Djamaludin Malik meninggal pada Juni 1970 dan tak lama kemudian Usmar Ismail juga berpulang.

Tahun 1970 muncul desakan kepada pemerintah dari industri perfilman agar sensor terhadap film Indonesia dilonggarkan seperti perlakuan pada film-film impor. Maka muncul film-film yang memasukkan unsur erotisme seperti Djambang Mentjari Naga Hitam (1968) dan Bernafas Dalam Lumpur (1970). Kedua film yang juga telah diproduksi berwarna ini ini merupakan pelopor dari film-film yang mengutamakan adegan berbau seksual dan penuh dengan adegan aksi yang kejam. Namun pada akhir tahun 1972, Badan Sensor Film kembali bersikap tegas terhadap film-film yang berbau seksual.

Sutradara Teguh karya memulai debutnya melalui Wadjah Seorang Lelaki(1971). Film ini dipuji pengamat namun tidak sukses komersil. Teguh adalah seorang sutradara teater yang kelak menjadi sutradara berpengaruh di era 1980-an. Sementara sineas kawakan lainnya, Wim Umboh memproduksi film Pengantin Remadja (1971) yang sukses secara komersil. Pada Tahun 1973 dipelopori oleh Sumardjono diselenggarakan kembali FFI yang sempat vakum beberapa tahun. Hingga tahun 1980-an pemenang FFI masih didominasi oleh sineas-sineas seperti Wim Umboh, SyumanDjaya, Teguh Karya, serta Asrul Sani. Namun pada era ini juga sudah muncul sutradara-sutradara muda seperti, Ismail Subardjo, Slamet Raharjo, dan Franky Rorempandey. Film-film yang populer tahun 70-an diantaranya Ratapan Anak Tiri (1973), Bing Slamet  Koboi Cengeng (1974),Karmila (1976) serta, Inem Pelayan Sexy (1977).

Era 1980-1999

Pada era 1980-an hingga awal 1990-an film-film yang paling populer masa ini adalah film-film komedi slapstick yang dibintangi oleh grup lawak legendaris, Warkop DKI, yakni Dono, Kasino, Indro seperti Mana Tahaaan..(1979), Setan Kredit (1981), Tahu diri Dong (1984), Maju Kena Mundur Kena (1983) dan Sabar Dulu dong (1989). Dengan gaya banyolan yang unik dan konyol, Warkop telah memproduksi lebih dari 30 film dan hampir seluruhnya sukses komersil. Pada masa ini juga populer genre horor yang dipelopori sang ratu horor, Suzanna, seperti, Sundel Bolong (1981), Malam Jumat Kliwon (1986), dan Malam Satu Suro (1988). Film aksi fantasi sejarah, Saur Sepuh: Satria Madangkara (1987), yang diadaptasi dari sandiwara radio populer juga sukses besar dengan empat sekuelnya. Aktor laga, Barry Prima juga sukses dengan film aksi sejenis melalui Jaka Sembung (1981) dengan tiga sekuelnya. Sementara film remaja Catatan Si Boy (1987) yang dibintangi Onky Alexanderd dan Meriam Bellina, juga sukses besar dengan empat sekuelnya.

Sementara itu muncul pula film-film drama berkualitas dari sutradara-sutradara berpengaruh pada masa ini seperti, Doea Tanda Mata (1984) karya Teguh Karya, Matahari-Matahari (1985) karya Arifin C Noer, Tjoet Nyak Dien (1986) karya Eros Djarot, Kodrat (1986), karya Slamet Rahardjo DjarotKejarlah daku Kau Kutangkap (1985) karya Chaerul Umam, sertaNagabonar (????) karya Deddy Mizwar. Sementara Pengkhianatan G-30-S PKI (1982) karya Arifin C. Noer yang merupakan film propaganda fenomenal, menjadi film terlaris era 80-an dan kelak selalu diputar di televisi nasional tiap tahunnya selama era Orde baru.

Dimulai awal dekade 1990-an hingga awal dekade 2000-an kondisi perfilman Indonesia mati suri dengan menurunnya jumlah produksi film nasional terutama sekali karena munculnya TV swasta di akhir era 80-an. Sejak Tahun 1993, FFI tidak lagi diselenggarakan karena minimnya produksi. Di tengah kondisi serba sulit ini sejak awal 90-an hingga tahun 1997, muncul film-film erotis berkualitas rendah yang mengeksploitasi seks semata dengan judul-judul yang bombastis, sebut saja macam Gadis Metropolis (1992), Ranjang yang Ternoda (1993), Gairah Malam (1993),Pergaulan Metropolis (1994), Gairah Terlarang (1995), Akibat Bebas Sex(1996), Permainan Erotik (1996), serta Gejolak Seksual (1997).  

Namun film-film drama berkualitas masih muncul seperti seperti Taksi(1990Arifin C NoerSri (1997) sutradara Marselli Sumarno, Telegram(1997) karya Slamet Raharjo Djarot, serta Badut-Badut Kota (1993) karyaUcik Supra. Garin Nugroho juga memulai debutnya dengan film-filmnya seperti Cinta Dalam Sepotong Roti (1990), Daun di Atas Bantal (1997), danPuisi Tak Terkuburkan (1999). Dewan Film Nasional juga membiayaiBulan Tertusuk Ilalang (1994) karya Garin Nugroho dan Cemeng 2005(1995) karya sutradara N. Riantiarno untuk menggairahkan kembali perfilman nasional seperti yang telah dilakukan pada era 60-an silam. Sementara dari kalangan sineas independen, muncul sineas-sineas intelek muda yang kelak berpengaruh pada dekade mendatang seperti Riri Reza, Mira Lesmana, Rizal Mantovani, dan Nan Acnas dengan memproduksiKuldesak (1997).

Era 2000 - Sekarang

Pasca reformasi dianggap sebagai momentum awal kebangkitan perfilman nasional. Momen ini ditandai melalui film musikal anak-anak Petualangan Serina (1999) karya Riri Reza serta diproduseri Mira Lesmana yang sukses besar di pasaran. Selang beberapa tahun diproduksi dua film fenomenal yang sukses luar biasa yang selanjutnya memicu produksi film-film lokal. Pertama adalah film horor Jelangkung (2001) karya sutradara Jose Purnomo dan Rizal Mantovani dan kedua Ada Apa Dengan Cinta? (2001) karya Sutradara Rudi Soedjarwo yang diproduseri oleh Mira Lesmana dan Riri Reza. AADC sukses fenomenal hanya dalam tiga hari diputar di Jakarta film ini telah meraih 62.217 penonton. Dua film ini dianggap sebagai film pelopor yang nantinya banyak bermunculan puluhan film-film dengan tema dan genre yang sama. Film bertema remaja dan film horor bahkan hingga kini masih membanjir dan laris di pasaran.

Mengikuti sukses AADC film-film roman dan melodrama remaja bermunculan dan tak jarang menggunakan bintang muda, penyanyi atau grup musik yang tengah naik daun. Film-film roman remaja yang populer antara lain Eiffel I’m in Love (2003) karya Nasri Ceppy, Heart (2005), Inikah Rasanya Cinta? (2005), Love in Perth (2010), Purple Love (2011), Love is U(2012). Sineas Nayato Fio Fuala dikenal juga memproduksi film-film melodrama yang menyayat hati antara lain Cinta Pertama (2006), The Butterfly (2007), serta My Last Love (2012). Melalui Virgin (2004) film remaja mulai berani mengambil tema-tema yang dianggap tabu sebelumnya.

Genre horor mendominasi pasar melalui film-film horor remaja yang umumnya mengambil cerita mitos atau legenda dari sebuah tempat atau lokasi angker yang menampilkan makhluk-makhluk gaib khas lokal, seperti kuntilanak, pocong, genderuwo, suster ngesot, tuyul, dan sebagainya. Pengaruh horor Jepang juga seringkali tampak dan tak jarang pula memasukkan unsur erotisme sebagai bumbu. Beberapa film horor populer diantaranya, Tusuk Jelangkung (2002), Kuntilanak (2006), Terowongan Casabanca (2007), Tali Pocong Perawan (2008), serta Suster Keramas(2009). Bahkan Suzanna, sang ratu horor pun masih sempat bermain dalam Hantu Ambulance (2008). Selain film-film horor bermunculan film-filmslasher ala barat seperti Rumah Dara (2010), Air Terjun Pengantin (2009),Pintu Terlarang (2009), hingga yang terbaru Modus Anomali (2012). Genre horor juga sering dipadukan dengan genre komedi, seperti Setan Budeg(2009), Poconggg Juga Pocong (2011), dan Nenek Gayung (2012).

Selain film roman dan horor, film bergenre komedi juga juga sukses besar di pasaran. Film ini rata-rata juga ditujukan untuk penonton remaja dan beberapa diantaranya berkualitas baik. Dalam perkembangan film komedi yang berbumbu seks juga semakin banyak diproduksi. Film-film komedi yang populer dan sukses diantaranya Arisan! (2003) serta sekuelnya yang rilis tahun lalu, Get Married (2007) dengan dua sekuelnya, Get Married 2(2009), dan Get Married 3 (2011), Sekuel Nagabonar, yaitu Naga Bonar jadi 2 (2007), Quickie Express (2007), XL :Extra Large (2008) serta Otomatis Romantis (2008).  

Film anak-anak diproduksi tidak sebanyak film roman dan horor namun film bertema ini seringkali sukses besar di pasaran. Film umumnya berkisah tentang perjuangan seorang anak atau sekelompok anak-anak untuk menggapai impian dan cita-citanya. Film-film anak-anak yang populer antara lain Denias, Senandung di Atas Awan (????) karya John De Rantau.Laskar Pelangi (2008) dan Sang Pemimpi (2009) karya Riri Reza diangkat dari novel best seller karya Andrea Hirata. Laskar Pelangi (2008) menjadi film terlaris di Indonesia dengan penonton mencapai 4.606.785. Film anak-anak tidak jarang pula dipadukan dengan genre olah raga, seperti Garuda di Dadaku (2009), King (2009), dan Tendangan Dari Langit (2011). Industri perfilman kita melakukan terobosan dengan memproduksi film animasi musikal melalui Meraih Mimpi (2009).

Film-film bergenre drama juga banyak muncul yang biasanya berkisah tentang perjuangan hidup, perncarian eksistensi diri, nilai-nilai moral, dan dan masalah sosial. Beberapa diantaranya berkualitas sangat baik dan sukses di beberapa ajang festival film intersnasional. Film-filmnya drama populer diantaranya Cau Bau Kan (2001) dan Berbagi Suami (2006) yang keduanya karya sutradara Nia Dinata, lalu Pasir Berbisik (2000) dan The Photograph (2007) karya Nan Achnas, Eliana, Eliana (2002), 3 hari untuk Selamanya (????), dan Gie (2004) karya Riri Reza, Mengejar Matahari(2004) karya Rudi Soedjarwo, Surat Kecil Untuk Tuhan (2011), dan pemenang Citra tahun lalu Sang Penari (2011) karya Ifa Irfansyah.

Film bertema religi Kiamat Sudah Dekat (2003) karya Deddy Mizwar memang sukses komersil namun adalah Ayat-ayat Cinta (2008) karya Hanung Bramantyo yang mengangkat genre religi menjadi populer hingga sekarang. Film religi kental sekali dengan nuansa agama (muslim) dan kisahnya berhubungan dengan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari dan tak jarang pula dibumbui unsur roman. Film-film religi populer seperti Ketika Cinta Bertasbih (2009), Ketika Cinta Bertasbih 2(2009), Perempuan Berkalung Sorban (2009), Dalam Mihrab Cinta (2010),Tanda Tanya (2011), hingga film religi anak-anak, Negeri 5 Menara (2012). Film religi juga mengangkat kisah tokoh agama seperti Sang Pencerah(2010) dan yang baru dirilis Soegija (2012). Sementara Cin(T)a (2009) serta3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta (2010)  mengangkat tema masalah beda agama.

Genre aksi baru mulai populer akhir dekade 90-an dan seringkali berpadu dengan tema kriminal dan perang, seperti Serigala Terakhir (2009), Merah Putih (2009), Darah Garuda (2010), Merantau (2009), serta yang baru saja rilis The Raid (2012). The Raid bahkan sukses dirilis luas di Amerika dan sempat masuk 11 besar box office mingguan disana. Selain sukses secara komersil film ini juga sukses secara kritik karena adegan aksinya yang dikoreografi secara menawan. Film ini merupakan sejarah bagi kita karena sukses komersil di mancanegara hingga menjadi perbincangan banyak media dan pengamat film di dunia.

Sedangkan dari para pembuat film non mainstream (non komersil) muncul pula film-film alternatif. Beberapa diantaranya abstrak, kompleks, dan ceritanya sulit dipahami orang awam. Tema film yang diangkat biasanya merupakan kritik dan respon terhadap isu sosial, ekonomi, dan politik di negara ini. Garin Nugroho adalah satu diantara sineas yang memilih di jalur ini, dan seringkali justru film-filmnya mendapat apresiasi di festival-festival luar negeri. Film-filmnya seperti Opera Jawa (2006), Under the Tree (2008),Generasi Biru (2008), serta Mata Tertutup (2012). Juga film-film semi abstrak seperti Novel Tanpa Huruf R (2003) dan Identitas (2009) karya Aria Kusumadewa.

Setelah vakum selama duabelas tahun, Festival Film Indonesia akhirnya mulai diselenggarakan kembali pada tahun 2004. Peraih Citra tahun 2006,Ekskul (2006) membuat kontroversi dengan menggunakan ilustrasi musik film-film populer barat seperti Gladiator, Bourne Supremacy, Taegukgi, danMunich. Sebagai bentuk protes, para peraih Piala Citra tahun tersebut seperti Riri Reza, Mira Lesmana, dan lainnya melakukan aksi pengembalian Piala Citra. Mereka pulalah yang membentuk festival film tandingan, yakni IMA (Indonesian Movie Award) yang diselenggarakan pertama kali pada tahun 2007.

Dari sedikit penjelasan diatas terlihat perkembangan perfilman Indonesia dari masa ke masa yang dinamis. Hingga saat ini sinema kita masih berjuang mencari bentuknya menuju industri film yang lebih mapan. Secara rata-rata, kualitas kita masih dibawah industri film negara Asia lainnya seperti Jepang, Hong Kong, Korea, bahkan Thailand. Secara teknis kita tidak kalah namun dari aspek cerita kita masih sangat lemah. Para sineas kita masih harus lebih banyak belajar dan jeli mencari celah untuk bisa bersaing dengan film-film dari negara lain. Sukses The Raid bisa menjadi secercah harapan, bukan hal yang mustahil film kita bisa menembus pasar internasional.

Pekan Film Yogyajarta 2013


Yogyakarta, kompi.org - Dinas Kebudayaan Yogyakarta (DKY) menggelar Pekan Film Yogya yang dibagi dalam dua kategori. Kategori pertama untuk pelajar SMP/SMA/SMK, sedang kategori kedua diperuntukkan bagi masyarakat mmum/mahasiswa.
Film yang disertakan adalah film fiksi bertemakan ''Bhinneka Tunggal Ika'' berdurasi 15 – 24 menit dengan tahun penggarapan 2012 dan 2013. Film dikirimkan dalam format DVD-Video Pal (DVD-Play) sebanyak tiga copy (keping).
Pendaftar boleh mendaftarkan lebih dari satu film, dan diserahkan paling lambat pada 21 Oktober 2013. Informasi selengkapnya bisa menghubungi panitia Festival Film Indie Pekan Film Yogyakarta 2013, Seksi Perfilman, Dinas Kebudayaan DIY di Jalan Cendana No. 11, Yogyakarta, Telepon: (0274) 562628. E-mail: kuswardhani_thy@yahoo.com. Twitter: @PekanFilmYogyakarta. (*)
Amir M. Sinnangga

KUNCI BENGKEL

FADE IN
OPENING SCENE
SCENE 1
A.     INT: DIDALAM RUMAH – DI DAPUR – MALAM HARI
CAST : NDARI – MBOK MARTINI
MALAM KIAN LARUT, SUASANA DAPUR MBOK MARTINI MASIH HANGAT, TUNGKU MASIH MENYALA, WAJAN BERISI MINYAK GORENG TERUS MENDIDIH. NDARI  DUDUK DI BALAI BAMBU SAMBIL MEMOTONG MOTONG SINGKONG, MATANYA MULAI MEREDUP, BAHKAN TERLIHAT SUDAH MENGANTUK. MBOK MARTINI DUDUK DI DEPAN TUNGKU SEDANG MEMASAK SINGKONG GORENG.
MBOK MARTINI
MENOLEH KE ARAH NDARI, TERLIHAT NDARI SEDANG MENGANTUK
Angger wis ngantuk ya nganah turu disit, mbok ngesuk tangine kreinan. Mengko mlebu sekolaeh keri, domeih maning.
CUT TO
NDARI
TERKEJUT, TERJAGA DARI KANTUK, TANGAN KANAN REFLEK, KEMBALI MEMOTONG SINGKONG, TELELAH TERHENTI SEJENAK KARENA MENGANTUK
Domaih tok si ora papa. Kon push up koh.
CUT TO
MBOK MARTINI
MENARUH ADONAN SINGKONG KE DALAM WAJAN
Kue ngaraeh ko kon bisa disiplin. Mulane turu disit bae nganah.
CUT TO
NDARI
SAMBIL MENGUAP
Ya mengko melasi rika, dewekan.
CUT TO
MBOK MARTINI
SAMBIL MEMBOLAK BALIK GORENGAN DI DALAM WAJAN
Ora papa. Kadaran gawe gorengan semending ikih. Ngesuk idere mandan awan, arep ngumbaih disit nang kali. Kae kumbahan wis numpuk.
CUT TO
NDARI
BANGKIT, BERJALAN MENINGGALKAN DAPUR MENUJU KE RUANG TENGAH
Ya wis mbok, nyong tek turu disit ya.
CUT TO
MBOK MARTINI
BANGKIT MENGGANTIKAN POSISI DUDUK NDARI, MEMEGANG PISAU MEMOTONG-MOTONG SINGKONG
Ya nganah. Aja kelalen kue obat nyamuke disumed.
CUT TO
B.      INT. DALAM KAMAR – MALAM HARI
CAST : NDARI
NDARI MASUK KE RUANG TENGAH, MENGAMBIL OBAT NYAMUK DI ATAS TELEVISI, MENGAMBIL KOREK DI BALIK DINDING BAMBU. MASUK KE DALAM KAMAR, BERJONGKOK, MENYALAKAN KOREK, MEMBAKAR OBAT NYAMUK, MENARUH DI KOLONG TEMPAT TIDUR. KEMUDIAN BANGKIT MEMATIKAN LAMPU KAMAR.
FADE OUT
FADE IN
CUT TO

JUDUL FILM
KUNCI BENGKEL

SCENE 2.
EXT. DI DEPAN RUMAH – PAGI HARI
CAST : NDARI –MBOK MARTINI
MATAHARI MUNCUL DI ATAS BEBUKITAN DI UFUK TIMUR
NDARI KELUAR DARI DALAM RUMAH, DI LUAR MULAI TAMPAK TERANG, NDARI NAMPAK TERBURU BURU MELANGKAH MENINGGALKAN RUMAH. BARU BEBERAPA METER MENJAUH TIBA-TIBA LANGKAHNYA DIHENTIKAN OLEH SUARA MBOK MARTINI
MBOK MARTINI
BERDIRI DI PINTU SAMBIL MENENTENG WEARPACK
Ndariiiiii…..wearpacke keri kie…
Cut to
NDARI
SEKETIKA BERHENTI,LANGSUNG BERBALIK ARAH MENUJU MBOK MARTINI YANG BERDIRI BERGELAYUTAN PINTU. MBOK MRTINI MENYODORKAN WEARPACK, NDARI DENGAN CEPAT MENYAMBAR WEARPACK DAN LANGSUNG BERBALIK PERGI
CUT TO

CREDIT TITLE
WULANDARI
MBOK MARTINI
IBU HERLINA

SCENE 3
EXT. JALAN SETAPAK – PAGI HARI
CAST : NDARI
NDARI BERLARIAN MENYUSUR JALAN SETAPAK DI TENGAH PERKEBUNAN, MELOMPATI SEBATANG POHON BAMBU YANG MELINTANG JALAN.
CUT TO

CREDIT TITLE
NASKAH / SCRIPTWRITER
SUTRADARA
DOP
CAMERAMAN
PRODUSER

SCENE 4
EXT. JALAN DEPAN SEKOLAH – PAGI HARI
CAST : BAYU – HENDRI – TANTI – DEWI – ERNI – BAMBANG – ANDI – DIANA – SISWA LAIN
SEJUMLAH SISWA NAMPAK MEMASUKI PINTU GERBANG SEKOLAH.BAYU, HENDRI, TANTI, ANDI, DIANA MENGENDARAI SEPEDA MOTOR.DEWI, ERNI, BAMBANG  TURUN DARI ANGKOT. TANTI DAN BEBERAPA TEMAN LAINYA BERJALAN KAKI.
CUT TO

SCENE 5
EXT. JALAN SETAPAK – PAGI HARI
CAST : NDARI
NDARI BERLARI MELEWATI BEBERAPA ORANG BERJALAN KAKI, MENEROBOS JALAN,MELOMPATI SUNGAI KECIL.
CUT TO

SCENE 6
EXT. HALAMAN DEPAN SEKOLAH – PAGI HARI
CAST : GURU - SISWA
GURU DAN SISWA BERBARIS DI HALAMAN MELAKUKAN UPACARA APEL PAGI
CUT TO

SCENE 7
EXT. JALAN KAMPUNG DI TENGAH SAWAH – PAGI HARI
CAST : NDARI – PENUMPANG ANGKOT
NDARIMENYUSUR JALAN DI TENGAH BENTANGAN SAWAH, BERADU CEPAT DENGAN MOBIL ANGKOT YANG NAMPAK MELINTAS DI JALAN RAYA. 
CUT TO

SCENE 8
INT. DALAM SEKOLAH – DI KELAS – PAGI HARI
CAST : BAYU – HENDRI – TANTI – DEWI – ERNI – BAMBANG – ANDI – DIANA – SISWA LAIN
BEBERAPA SISWA BERGANTI PAKAIAN, DIANA MASUK KELAS, MENJATUHKAN WEARPAK DI ATAS MEJA. TANTI, ERNI, DEWI TELAH MENGENAKAN WEARPACK. BAYU, HENDRI MEMBUKA PAKAIAN SERAGAM. BAMBANG, ANDI KELUAR KELAS.
CUT TO

SCENE 9
EXT. JALAN KAMPUNG DI TENGAH SAWAH – PAGI HARI
CAST : NDARI – PETANI
ANGKOT TELAH NAMPAK MELAJU DI KEJAUHAN, NDARI MEMPERCEPAT LARINYA. DI TENGAH JALAN, WEARPACK YANG DIKAITKAN DI BALIK TAS PUNGGUNG TERJATUH, SEORANG PETANI YANG SEDANG BERDIRI DI PINGGIR SAWAH MELIHAT KALAU ADA SESUATU YANG TERJATUH DARI TASNYA NDARI, DAN SI PETANI TERIAK-TERIAK MEMANGGIL NAMUN NDARI TERUS BERLARI KARENA TIDAK MENDENGAR TERIAKAN.
PETANI
BERTERIAK MEMANGGIL, LALU MELANGKAH KE JALAN
Heeeiiiii….. klambine tiba kie…
CUT TO
SCENE 10
INT. DALAM SEKOLAH – DI SEBUAH KELAS – PAGI HARI
CAST : BAYU – HENDRI – TANTI – DEWI – ERNI – BAMBANG – ANDI – DIANA – SISWA LAIN
BAYU, HENDRI, TANTI, DEWI , ERNI, BAMBANG, ANDI, DIANA DAN SISWA LAINMENGENAKAN BERSERAGAM WEARPACK KELUAR KELAS MENUJU RUANG PRAKTIK. DIANA MEMBUKA PINTU, LALU MASUK KE DALAM RUANG PRAKTIK DAN YANG LAIN MENGIKUTI.
CUT TO

SCENE 11
EXT. JALAN RAYA – PAGI HARI
CAST : NDARI – PENUMPANG ANGKOT
NDARI TIBA DI PERSIMPANGAN TEPAT DENGAN MOBIL ANGKOT YANG BERHENTI, LALUNDARIBERDIRI DI DEPAN PINTU ANGKOT, MELEPAS TAS DARI PUNGGUNG. NDARI TERKEJUT TERNYATA WEARPACK TIDAK LAGI ADA DI BALIK TAS PUNGGUNGNYA. NDARIURUNG NAIK KE DALAM MOBIL ANGKOT, IA MEMUTUSKAN KEMBALI LARI MENCARI WEARPACKNYA YANG HILANG.
NDARI
MELANGKAH KE SAMPING PINTU DEPAN SEBELAH KIRI
Tulung pak supir, tunggu sedela.
CUT TO
PENUMPANG
SEORANG PENUMPANG ANGKOT BERPAKAIAN SERAGAM SEKOLAH MENEPUK PUNGGUNG SOPIR, MINTA ANGKOT MELANJUTKAN PERJALANAN.
Pak tinggal bae la, wis awan kie. Aku mengko keri sekolaeh.
MOBIL ANGKOT BERGERAK MELAJUMENINGGALKAN NDARI YANG MASIH TERLIHAT SEDANG BERLARI.
CUT TO

SCENE 12
INT. DI DALAM RUANG PRAKTIKUM – SIANG HARI
CAST : IBU HERLINA - SISWA
BEBERAPA SISSWA BERSERAGAM WEARPACK DUDUK DI RUANG LABORAT UNTUK MENDAPAT PENGARAHAN DARI IBU HERLINA SEBELUM PRAKTIK MEMPERBAIKI MESIN PESAWAT TERBANGDIMULAI. IBU HERLINA BERDIRI DI DEPAN DENAH MESIN YANG DITEMPELKAN DI PAPAN TULIS SAMBIL MENERANGKAN CARA MEMBONGKAR DAN MEMASANG KEMBALI RANGKAIAN MESIN PESAWAT.
IBU HERLINA
Ini gambar mesin pesawat MIG 15 UTI bikinan Rusia. Tugas kalian adalah, pertama membongkar segenap komponen dari mesin pesawat itu, kalian bersihkan, lalu pasang kembali seperti semula.
CUT TO
DIANA
MENGANKAT TANGAN DAN BERTANYA
Maa’f bu, boleh bertanya?
CUT TO
IBU HERLINA
Silahkan
CUT TO
DIANA
Bagaimana cara membongkarnya. Maksud saya, ada ngga petunjuk cara membongkar mesin itu bu?
CUT TO
IBU HERLINA
MENGHADAP KE PAPAN TULIS
Baik. Akan ibu tunjukan cara-cara membokar komponen mesin itu.
Pertama bongkar sistem pemancar bahan bakar dari casing pemasukan.
Kedua bongkar tabung pembakaran dari pipa penghubung kompresor. ketiga turunkan unit tabung pembakaran di tempat kerja. Keempat bongkar busi dari rumah tabung pembakaran.
Kelima bongkar semua baut dan mur dari tabung pembakaran.
keenam bongkar flame tube dari tabung pembakaran.
ketujuh bersihkan semua komponen. Kedelapanperiksa semua komponen.
Kesembilanperbaiki semua komponen yang rusak.
Terahir pasang semua komponen sesuai dengan prosedur.
CUT TO
DEWI
MENGANGKAT TANGAN DAN LANGSUNG BERTANYA
Memasang semua komponen sesuai dengan prosedur, maksudnya bagaimana bu?
Cut to
SISWA SISWI
KOOR
Huuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu……..
Cut to
TANTI
LANGSUNG MENYAMBUNG BERNADA MENGEJEK DEWI
Ya semua yang sudah dibongkar, kita pasang ke tempat semula nona cantiiiikkkk…
Cut to
BU HERLINA
MELANJUTKAN
Cara pemasangan yang benar memang harus secara prosedural, ada tahapan tersendiri. Tidak asal pasang semaunya sendiri. Semua yang sudah di bongkar memang bisa dipasang, tapi kalau urutan pemasangan tidak sesuai, bisa jadi ada beberapa komponen yang tidak terpasang.
Cut to
SISWA SISWI
Kembali koor berbalik mengejek Tanti
Huuuuuuuuuuuuuuu…
Cut to
DEWI
MEMBALAS MENGEJEK TANTI
Sok teuuu looooo
Cut to
IBU HERLINA
MEMANGKAS SUSRA-SUARA ANAK DIDIKNYA
Sudah ! Ibu lanjutkan ke tahap cara pemasangan, urut-urutanya adalah seperti ini
pertama pasang flame tube pada rumah tabung pembakaran.
Kedua pasang semua baut dan mur pada rumah tabung pembakaran.
ketiga pasang busi pada rumah tabung pembakaran.
keempat pasang sistem pemancar bahan bakar pada casing pemasukan.
kelima pasang unit tabung pembakaran pada turbine engine.
Keenam periksa semua komponen dan pastikan semua komponen dalam keadaan baik.
Cut to

SCENE 13
EXT. DI LUAR KELAS – SIANG HARI
CAST : NDARI
SUASANA DI LUAR KELAS SEPI, APEL PAGI SUDAH UASAI, PELAJARAN SEDANG DIMULAI
NDARI BERJALAN CEPAT MENUJU RUANG KELAS, MEMBUKA PINTU KELAS, RUANGAN KELAS KOSONG. NDARI BERBALIK, LARI MENUJU RUANG PRAKTIKUM. BERHENTI DI DEPAN PINTU RUANG PRKATIK. LALU MEMBUKA PINTU.
CUT TO

SCENE 14
A.     INT. RUANG PRAKTIK – SIANG HARI
CAST : IBU HERLINA – SISWA PRAKTIK
BAYU, HENDRI, TANTI, DEWI, ERNI, BAMBANG, ANDI DAN DIANAMASUK KE RUANG PRAKTIK. BUDI DAN BAYU MEMBUKA TERPAL PENUTUP MESIN.YANG LAIN BERDIRI DI BELAKANG MESIN. BU HERLINA BERDIRI MEMBERIKAN PETUNJUK TERAHIR SEBELUM MENINGGALKAN RUANG PRAKTIK.
IBU HERLINA
Hari ini harus selesai, saya tidak mau tahu sampai jam berapa kalian bisa menyelesaikannya. Karena besok pagi mesin ini mau ditinjau oleh ketua yayasan.
Cut to
SISWA
BERDIRI TEGAK SAMBIL HORMAT SEREMPAK MENJAWAB 
Siap bu!
CUT TO
IBU HERLINA
MELANGKAH MENUJU PINTU HENDAK KELUAR, TIBA-TIBA BERHENTI BERBALIK ARAH
Ingat, harus teliti. Pekerjaan ini tidak semudah membikin gorengan
CUT TO


B.      EXT. RUANG PRAKTIK – SIANG HARI
CAST : NDARI – IBU HERLINA
NDARI DARI DEPAN PINTU MENARIK PINTU TEPAT BERSAMAAN BU HERLINA MENDORONG PINTU HENDAK KELUAR.BU HERLINA TERKEJUT SEKALIGUS MALU KARENA TELAH MENYINDIR DENGAN KATA-KATA GORENGAN DI DEPAN TEMAN-TEMAN NDARI. TAPI SESAAT KEMUDIAN BU HERLINA MENCOBA MENGUASAI DIRI DENGAN SIKAP TEGAS.
IBU HERLINA
MENDORONG NDARI KE LUAR
Kamu keluar, karena kamu telat.Pushup seratus kali dan tidak boleh ikut praktek hari ini.
CUT TO
NDARI
MENGANGKAT MUKA, MEMANDANG TAJAM KE ARAH BU HERLINA.
KEMUDIAN MEMBERI HORMAT
Siap bu guru..!
CUT TO

SCENE 15
EXT. HALAMAN SEKOLAH – SIANG HARI
CAST : NDARI - PAK HERMAN 
NDARI SUDAH BERPOSISI MELAKUKAN PUSH UP, PAK HERMAN BERDIRI DI DEPAN NDARI UNTUK MENGAWAL JALANYA HUKUMAN. KEDUA KAKI PAK HERMAN BERDIRI PERSIS DI HADAPAN WAJAH  NDARI.
PAK HERMAN
MEMBERI ABA-ABA PADA NDARI UNTUK SEGERA PUSH UP
Ayo mulai. Satu, dua, tiga……
CUT TO

SCENE 16
EXT. RUANG PRAKTIK – SIANG HARI
CAST : ANDI – DIANA – TEMAN LAINNYA
DIANA DAN ANDI MEMBUKA BUKU PETUNJUK, YANG LAIN BERDIRI DI BELAKANG SAMBIL MEMPERHATIKAN BUKU PETUNJUK
DIANA
BERBALIK ARAH MENGHADAP TEMAN-TEMANYA
Oke teman-teman, mari kita mulai.
CUT TO

SCENE 17
EXT. DI HALAMAN SEKOLAH  – SIANG HARI
CAST : NDARI – PAK HERMAN
HALAMAN MULAI NAMPAK PANAS, NDARI PUSH  UP HITUNGAN KE 10, 11, 12.
PAK HERMAN
BERDIRI DI SAMPING KIRI NDARI SAMBIL MENGHITUNG GERAKAN
Sepuluh, sebelas, duabelas……
CUT TO

SCENE 18
INT. RUANG PRAKTIK – SIANG HARI
SEMUA SISWA BERGERAK PADA POSISI MASING – MASING
CAST : HENDRI – BAYU – ERNI – TANTI – DEWI – BAMBANG – BENI – BUDI – ANDI – DIANA
HENDRI MEMBUKA KOTAK PERALATAN, MENGAMBIL KUNCI INGGRIS, KUNCI 12, 14, 17, OBENG KETROK, OBENG MIN. LALU DILEPAR KE ARAH TEMAN-TEMANNYA. BAYU MENANGKAP KUNCI INGGRIS, ERNI MENANGKAP KUNCI 12, TANTI MENANGKAP KUNCI 14, DEWI MENANGKAP KUNCI 17, BAMBANG MENANGKAP OBENG KETROK , BENI MENANGKAP OBENG MIN. ANDI DAN DIANA KEMBALI MEMPERHATIKAN BUKU PETUNJUK.
CUT TO

SCENE 19
EXT. DI HALAMAN SEKOLAH – SIANG HARI
CAST : NDARI – PAK HERMAN
NDARIPUSH  UP HITUNGAN KE 20, 21, 22
PAK HERMAN
BERDIRI DI DI BELAKANGNDARI SAMBIL MENGHITUNG GERAKAN
Duapuluh, duapuluh satu, duapuluh dua
CUT TO

SCENE 20
INT. RUANG PAKTIK – SIANG HARI
CAST : HERU - BAYU
HENDRI DAN BAYU MEMBONGKAR SISTEM PEMANCAR BAHAN BAKAR DARI CASING PEMASUKAN
CUT TO
SCENE 21
EXT. DI HALAMAN SEKOLAH – SIANG HARI
CAST : NDARI – PAK HERMAN
NDARI PUSH  UP HITUNGAN KE 40, 41, 42
PAK HERMAN
BERDIRI DI SAMPING KANAN NDARI SAMBIL MENGHITUNG GERAKAN
Empatpuluh, empat satu, empat dua
CUT TO

SCENE 22
INT. RUANG PAKTIK – SIANG HARI
CAST : BENI - BAMBANG
BENI, BUDI DAN BAMBANG MEMBONGKAR TABUNG PEMBAKARAN DARI PIPA PENGHUBUNG KOMPRESOR
CUT TO

SCENE 23
EXT. DI HALAMAN SEKOLAH – SIANG HARI
NDARIPUSH  UP HITUNGAN KE 50, 60, 70…
CAST : NDARI – PAK HERMAN
PAK HERMAN
BERDIRI DI BELAKANG NDARI SAMBIL MENGHITUNG GERAKAN
Limapuluh, enampuluh, tujuhpuluh
CUT TO

SCENE 24
INT. RUANG PAKTIK – SIANG HARI
CAST : ERNI - DEWI – ANDI – DIANA
ERNI DAN TANTI TURUNKAN UNIT TABUNG PEMBAKARAN DI TEMPAT KERJA,DEWI MEMBONGKAR BUSI DARI RUMAH TABUNG PEMBAKARAN, ANDI MEMBONGKAR FLAME TUBE DARI TABUNG PEMBAKARAN.
CUT TO

SCENE 25
EXT. DI HALAMAN SEKOLAH – SIANG HARI
CAST : NDARI - PAK HERMAN
NDARI PUSH  UP HITUNGAN KE 98,99,100 GERAKANNYA MULAI MELAMBATPADA HITUNGAN KE SERATUS NDARI BERTAHAN, KERINGATNYA MENETES KE TANAH
PAK HERMAN
BERDIRI DI DEPAN NDARI SAMBIL MENGHITUNG GERAKAN
Sembilan delapan, sembilan sembilan, seratus
CUT TO

SCENE 26
INT. RUANG PAKTIK – SIANG HARI
CAST : HENDRI – BAYU – TANTI – DEWI – ERNI – BAMBANG
HENDRI, BAYU, TANTI, DEWI, ERNI DAN BAMBANG MEMBERSIHKAN SEMUA KOMPONEN, MEMERIKSA SEMUA KOMPONEN DAN MEMPERBAIKI SEMUA KOMPONEN YANG RUSAK. MEREKA SUDAH NAMPAK LELAH, KERINGAT MENGEMBUN DI DI WAJAH. DEWI MENUNDUK, KERINGAT MENETES KE LANTAI.
CUT TO

SCENE 27
EXT. DI HALAMAN SEKOLAH – SIANG HARI
CAST : NDARI – PAK HERMAN
NDARI AMBRUK KE TANAH, PAK HERMAN PERGI MASUK KANTOR
CUT TO

SCENE 28
INT. RUANG PRAKTIK – SIANG HARI
CAST : SISWA PRAKTIK
HENDRI DAN BAYU DUDUK BERSANDAR MEJA, TANTI, DEWI DAN ERNI DUDUK DI ATAS MEJA. ANDI DAN DIANA BERDIRI DI SEBELAH MESIN. BAMBANG DAN BUDI BERJONGKOK MEMBERSIHKAN TABUNG PEMANAS, KERINGATNYA MENETES SATU PERSATU KE LANTAI
CUT TO

SCENE 29
EXT. DEPAN KELAS – SIANG HARI
CAST : NDARI
NDARI DUDUK TERMENUNG DI DEPAN KELAS SAMBIL MENUNGGU TEMAN-TEMANYA SELESAI PRAKTIK. BEBERAPA SISWA CUEK MELEWATINYA.IBU HERLINA KELUAR DARI DALAM KELASBERHENTI MENGHAMPIRI NDARI
IBU HERLINA
Ibu perhatikan kamu sering sekali terlambat masuk kelas, emang kamu bangunnya selalu kesiangan?
CUT TO
NDARI
Tidak Bu. Tiap malam saya memang selalu tidur larut malam karena harus membantu simbok memasak gorengan, tapi saya tetap selalu bisa bangun pagi bu.
CUT TO
IBU HERLIAN
Terus apa alasanmu, kalau tidak bangun kesiangan?
CUT TO
NDARI
Perjalanan saya dari rumah ke sekolah jauh, dan saya tidak punya kendaran.
CUT TO
IBU HERLINA
Apa orang tuamu tidak berusaha mengantarmu?
Cut to
NDARI
Bapak saya sudah meninggal empat tahun lalu.
Cut to
IBU HERLINA
Oh… ma’af ya…
CUT TO

SCENE 30
INT. RUANG PRAKTIK – SIANG HARI
CAST : IBU HERLINA – SISWA PRAKTIK
ANAK-ANAK YANG SEDANG PRAKTIK MULAI KELELAHAN, SEMENTARA TEMAN-TEMAN YANG LAIN SUDAH PULANG NAMUN MESIN PESAWAT BELUM USAI DI PERBAIKI. DIANA MASIH MEMUTAR OTAK, BERKALI-KALI MEMPERHATIKAN DENAH PANDUAN. SEMENTARA YANG LAIN DUDUK LESU DI POSISI MASING-MASING. TIBA-TIBA IBU HERLINA MEMBUKA PINTU RUANG PRAKTIK DAN MASUK. SEMUA MERESPON KEHADIRAN IBU HERLINA
IBU HERLINA
MENDEKAT KE ARAH MESIN
Lho, bagaimana kok belum selesai?
DIANA
Ada beberapa yang sulit dipahami dalam gambar ini bu.
CUT TO
IBU HERLINA
Kalian kan sudah tahu caranya, dari awal harus diperhatikan urutan komponen-komponen yang di bongkar.
CUT TO
HENDRI
Sudah saya urutkan kok bu, tapi ketika dipasang ada saja yang tidak pas.
CUT TO
IBU HERLINA
Berarti ada yang terlupa urutanya. Ayo dicoba lagi
CUT TO
TANTI
Aaahh.. bu besok saja la. Sudah capai.
CUT TO
DEWI
Iya bu besok saja.. teman-teman yang lain sudah pulang semua.
CUT TO
IBU HERLINA
MEMPERHATIKAN SEMUA WAJAH ANAK-ANAK YANG SUDAH NAMPAK KELELAHAN
Baik. Tapi janji, besok harus selesai.
CUT TO

SCENE 31
EXT : DI LUAR RUANG PRAKTIK – SIANG HARI
CAST : SISWA PRAKTIK – PAK DIRNO
ANAK – ANAK KELUAR DARI DALAM RUANG PRAKTIK. PAK DIRNO SEBAGAI PENJAGA SEKOLAH DATANG DARI ARAH KANTOR HENDAK MENGUNCI PINTU. SETELAH MENGUNCI PAK DIRNO KEMBALI KE RUANG KANTOR.
CUT TO

SCENE 32
EXT. DEPAN KANTOR – SIANG HARI
CAST : NDARI – PAK DIRNO
NDARI BERDIRI DI DEPAN JENDELA KACA DEPAN KANTOR, MENGINTIP KE DALAM KANTOR. TERLIHAT PAK DIRNO SEDANG MENARUH KUNCI DI SEBUAH KASTOK TEMPAT KUNCI-KUNCI SEKOLAH DIGANTUNGKAN.
FADE OUT
FADE IN
CUT TO

SCENE 33
A.     INT: DI DALAM RUMAH – DI DAPUR – MALAM HARI
CAST : NDARI – MBOK MARTINI
MALAM KIAN LARUT, SUASANA DAPUR MBOK MARTINI MASIH HANGAT, TUNGKU MASIH MENYALA, WAJAN BERISI MINYAK GORENG TERUS MENDIDIH. MBOK MARTINI DUDUK DI DEPAN TUNGKU SEDANG MEMPERSIAPKAN BAHAN-BAHAN MASAKAN. NDARI DATANG DARI RUANG TENGAH, BERHENTI DI SAMPING MBOK MARTINI
MBOK MARTINI
Ko ora sianu disit ndari?
CUT TO
NDARI
Ora mbok. inyong arep sinau nang gone kancane, ana PR sing aku ora mudeng.
CUT TO
MBOK MARTINI
Sianau nang gone sapa?
CUT TO
NDARI
Gone Dewi
CUT TO
MBOK MARTINI
Peteng – peteng sapa sing arep ngancani?
CUT TO
NDARI
Aku jaluk tulung lik Darmin kon jujugna
CUT TO
MBOK MARTINI
Oh.. Ya wis nganah sing ati ati, aja kewengen.
NDARI
Ya mbok.
CUT TO

B.      INT. DALAM RUMAH – DI  DALAM KAMAR – MALAM HARI
CAST : NDARI
NDARI MEMASUKAN WEARPACK KE DALAM TAS, MENGENAKAN JAKET, SEPATU, MEMASUKAN LAMPU CENTRE KECIL KE DALAM SAKU CELANA SEBELAH KIRI, MEMASUKAN KUNCI KE DALAM SAKU CELANA SEBELAH KANAN, LALU PERGI KELUAR.
CUT TO

SCENE 34
EXT. DI SEKOLAH – MALAM HARI
CAST : NDARI
NDARI MELOMPATI TEMBOK KELILING, MELANGKAH MENUJU RUANG PRAKTIK. MEROGOH SAKU MENGAMBIL KUNCI, LAMPU CENTRE. LAMPU CENTRE DIGIGIT, KUNCI DIPUTAR, LALU MEMBUKA PINTU DAN MASUK.
RUANG PRAKTIK GELAP, NDARI PELAN-PELAN MELANGKAH, LAMPU CENTRE DIARAHKAN KE SEMUA PENJURU, MENCARI STOP KONTAK. LAMPU RUANG MENYALA, NDARI MENJATUHKAN TAS KE ATAS MEJA. MEMBUKA TAS, MENGENAKAN WEARPACK, MENYINGKIRKAN BEBERAPA BENDA YANG TERSERAK DI ATAS MEJA. SUARA KUNCI BERJATUHAN KE LANTAI MENGAGETKAN PENJAGA SEKOLAH YANG SEDANG TERTIDUR. PENJAGA SEKOLAH BANGKIT DAN KELUAR MENUJU ARAH SUARA. NDARI BERDIAM SEJENAK, MERASA ADA JEJAK ORANG BERJALAN DI LUAR. TERNYATA PENJAGA BUKANYA MENUJU PINTU RUANG PRAKTIK, TAPI BERBELOK KE ARAH TOILET. SETELAH DIRASA NYAMAN NDARI MULAI MEMBUKA DENAH PETUNJUK, MEMPERHATIKAN DENGAN TELITI GAMBAR – GAMBAR TENTANG KOMPONEN MESIN.
NDARI MULAI SATU PERSATU MEMASANG KOMPONEN YANG BERSERAKAN.
CUT  TO

SCENE 35
INT. DALAM RUMAH – MALAM HARI
CAST : MBOK MARTINI
MBOK MARTINI SELESAI MASAK, MASUK KE RUANG TENGAH, MEMBUKA PINTU KAMAR NDARI, MELONGOK KE DALAM, KOSONG. MBOK MARTINI GELISAH, DUDUK MENUNGGU DI RUANG TENGAH HINGGA TERTIDUR.
CUT TO

SCENE 36
A.     INT. RUANG PRAKTIK – MALAM HARI
CAST : NDARI
MALAM KIAN LARUT, SUARA AYAM JANTAN BERSAHUTAN DI LUAR, NDARI DUDUK TERKULAI BERSANDAR DINDING, KERINGATNYA BERCUCURAN, MATANYA  MULAI MEREDUP, KEMUDIAN TERTIDUR.
FADE OUT
FADE IN
CUT TO

B.      EXT. INT. RUANG PRAKTIK – PAGI HARI
CAST : IBU HERLINA – NDARI
IBU HERLINA DATANG DARI DALAM KANTOR MENUJU RUANG PRAKTIK, MEMUTAR KUNCI, MEMBUKA PINTU. CAHAYA PAGI MENERPA WAJAH NDARI YANG MASIH TERTELAP, CAHAYA DAN SUARA PINTU DIBUKA MENGEJUTKAN NDARI HINGGA TERJAGA. NDARI MENGUCEK MATA, DILIHATNYA IBU HERLINA BERDIRI DI DEPAN PINTU. IBU HERLINA TERKEJUT MELIHAT NDARI TERTIDUR DI RUANGAN ITU, LALU PERHATIANNYA TERTUJU PADA MESIN. TERNYATA SEMUA TELAH RAPI TERPASANG
IBU HERLINA
MENGGELENG-GELENGKAN KEPALA
Luar biasa.
FADE OUT
FADE IN
CUT TO

SCENE 37
INT. RUANG KEPALA SEKOLAH
CAST : IBU HERLINA – KEPALA SEKOLAH – PAK HERMAN
IBU HERLINA DATANG MENGHADAP KEPALA SEKOLAH, DI RUANG ITU ADA PAK HERMAN SEDANG DUDUK.
IBU HERLINA
Sebelumnya saya minta ma’af, saya mau mengusulkan bagaimana kalau Ndari diberi penghargaan dari sekolah ini.
CUT TO
KEPALA SEKOLAH
Saya dan pak Herman baru saja membicarakan hal itu.
CUT TO
PAK HERMAN
Benar bu, pak kepala justru ingin memberi penghargaan pada siapapun siswa yang bisa menunjukan kehebatannya dalam hal-hal tertentu.
CUT TO
KEPALA SEKOLAH
Dan salah satunya Ndari.
CUT TO

SCENE 38
INT. DALAM KELAS – PAGI HARI
CAST : IBU HERLINA – SISWA
SISWA TELAH DUDUK RAPI, BU HERLINA MEMBERIKAN PENGUMUMAN KEPADA SISWA
IBU HERLINA
Pagi ini bapak kepala sekolah akan memberikan penghargaan bea siswa dari sekolah ini bagi seorang siswa yang ternyata luar biasa, di luar praduga kalian semua, dia bisa menyelesaiakan sesuatu yang justru dianggap sulit oleh kalian.
CUT TO

SCANE 39
EXT. HALAMAN SEKOLAH – PAGI HARI
CAST : KEPALA SEKOLAH – GURU DAN SISWA
KEPALA SEKOLAH MEMBERIKAN PENGHARGAAN SEBUAH KERTAS SEBAGAI BUKTI BEA SISWA KEPADA NDARI DALAM UPACARA APEL PAGI
CUT TO

SCENE 40
INT. DALAM KELAS – PAGI HARI
CAST : IBU HERLINA – SISWA
SISWA TELAH DUDUK RAPI, BU HERLINA MEMBERIKAN PENGUMUMAN KEPADA SISWA
IBU HERLINA
MELANJUTKAN
Kali ini kalian akan menjadi saksi betapa kesulitan jangan dianggap sebagai penghalang untuk maju, bahkan kemudahan sering menjadi pemicu kemanjaan. Dan kemanjaan pada ahirnya akan menghilangkan rasa hormat, rasa menghargai pada apa yang mesti kalian hadapi. Itulah kunci kegagalan kalian.
CUT TO

SCENE 41
A.     EXT. DI JALAN – SORE HARI
CAST : NDARI
NDARI TURUN DARI ANGKOT, BERJALAN MENYUSURI JALAN ASPAL MENUJU KAMPUNG
CUT TO

B.      EXT. DI JALAN TENGAH SAWAH – SORE HARI
CAST : MBOK MARTINI
MBOK MARTINI MENGGENDONG DAGANGAN BERJALAN KAKI PULANG
CUT TO
C.      EXT. DI JALAN TENGAH SAWAH – SORE HARI
CAST : NDARI – MBOK MARTINI
NDARI MELIHAT MBOK MARTINI SEDANG BERJALAN DI DEPANNYA, NDARI MEMPERCEPAT LANGKAH MENYUSUL.  NDARI MENGGANTIKAN MENGGENDONG DAGANGAN MBOK MARTINI, MBOK MARTINI BERGANTIAN MENENTENG TAS NDARI. KEDUANYA BERJALAN BERSAMA MENUJU RUMAH.
FADE OUT
TH END