Sabtu, 12 Oktober 2013

PENDAPA SI PANJI KAB. BANYUMAS

PENDAPA SI PANJI KAB. BANYUMAS

            Masyarakat Banyumas sangat mengenal Si Panji, Pendapa Kabupaten yang sampai saat ini masih kokoh berdiri megah di kota Purwokerto dan menjadi ‘’ Pujer” (pusat) Pemerintahan Kabupaten Banyumas. Hingga ini Pendapa Si Panji masih dikeramatkan, khususnya pada salah satu tiang sebelah barat yaitu soko guru (tengah) selalu diberi sesaji agar semua kegiatan yang belangung di pendapa dapat berjalan lancer tanpa ada gangguan.
            Kisah-kisah misteri sering terdengar dari pendapa yang diboyong dari kota Banyumas ke Purwokrto dengan memutar ke Pantura, tidak melewati (nglangkahi) Sungai Serayu.
Kabupataen Banyumas didirikan pada tahun 1852 ole Kyai Adipati Wargautama II yang juga disebut sebagai Bupati Banyumas I dan dikenal sebagai Kyai Adipati Mrapat. Dalam perjalanan sejarah, Adipati Yudongoro (Bupati Banyumas VII / 1708 – 1743) memindahkan pusat Kabupaten Banyumas  agak ke sebelah timur dengan sekaligus membangun rumah Kabupaten berikut pendapa yang dikenal dengan Pendapa Si Panji.
            Dalam sejarahnya, pendapa yang legendaries ini sering memunculkan keanehan dan cerita mistis, misalnya pada tanggal 21-23 Februari 1861, kota Banyumas dilanda banjir banding (Blabur Banyumas)karena meluapnya Sungai Serayu. Puluhan pengunsi berusaha menyelamatkan diri dengan naik ke atas (atap) Pendapa Si Panji. Setelah air bah surut, ternyata pendapa ini tidak mengalami kerusakan atau perubahan sedikitpun pada keempat tiangnya (saka guru). Posisi pendapa juga tidak bergeser sedikitpun padahal bangunan disekitarnya roboh karena diterjang banjir setinggi lebih dari 3,5 meter.
            Misteri lain, ketika pendapa itu akan dibangun, semua sesepuh dan atokoh masyarakay Banyumas supaya menyumbangkan calon saka guru pendapa maupun bahan bangnan yang lain. Semua tokoh masyarakat telah memenuhi permintaan sang Adipati, kecuali Ki Ageng Somawangi, sehinga ia dipangil untuk menghadap Adipati Yudonegoro II untuk diminai keterangannya. Ki Ageng Somawangi menghadap memenuhi pangilan sang Adipati. Untuk menebus kesalahannya, pada saat itu pula ia langsung menyerahkan saka guru pendapa yang ia ciptakan dari “tatal” dan pontongan-potongan nkayunyang berserakan disekitar komplek pembangunan itu. Hal itu tidak disambut baik oleh sang Adipati, bahkan diangap suatu perbuatan yang “pamer kadigdayan”. Akibatnya ia malah dituduh akan “menjongkeng kawibawan” (mengambl alih kekuasaan) Sang Adipati.
            Atas tuduhan yang kurang adil itu, Ki Ageng Somawangi marah, segera meningalkan Kadipaten tanpa pamit. Sang Adipati sangat tersingung dan menyuruh prajuritnya untuk menangkap Ki Ageng Somawangi yang dianggap “ngungkak krama” (membangkang) itu. Namun karena kesaktiannya, ia dapat lolos dari upaya penangkapan. Konon tongkat saktinya ditancapkan di suatu tempat dan berubah wujud menyerupai Ki Ageng Somawangi. Sontak para prajurit menganiaya Ki Ageng Tiruan. Ki Ageng Somawangi melanjutakan pelarian menyimpang dari jalan raya, menerobos melalui jalan setapak menuju padepokannya yang sekarang dikenal dengan Desa Somawangi Kecamatan Mandiraja Kabpaten Banjarnegara. Desa dimana Ki geng Somawangi menerobos untuk menghindari kejaran Prajurit Banyumas, kenudian diberi nama “Panerusan”. Dengan ddemikian diketahui bahwa ada saaat awal pembangunan Pendopo Si Panji sempat menimbulkan ontranonran tokoh Banyumas itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar